Joeragan artikel

Aul VS Garuda (Nita Yunsa/Canva.com)

Aul VS Garuda

 

Udara yang sejuk dan rimbunnya hutan di lereng Gunung Slamet membuat Kania takjub. Gadis berusia sebelas tahun itu tidak pernah melihat pemandangan ini di Jakarta. Doni dan ketiga temannyalah yang mengajak Kania berpetualang di tengah hutan. Mereka hendak mencari tumbuhan kantong semar, untuk ditunjukan kepada anak kota yang sedang berlibur di kampung neneknya itu.

Kania terus melangkah sembari memandangi pohon yang menjulang tinggi, hingga tidak tahu aja jurang di depannya. Dia terperosok jatuh ke dalam jurang dan membuat teman-temannya terkejut.

“Kamu ndak apa-apa, Ka?” tanya Doni memandang ke bawah jurang.

Kania bangkit. Dia membersihkan celana jin dan jaketnya yang kotor oleh tanah. Beruntung jurang tersebut landai dan tidak berbatu. Kemudian, gadis itu berteriak, “Enggak apa-apa, Don! Tolong bantu aku naik ke atas. Ada akar atau ranting panjang enggak di situ?”

Baru juga Doni memandang sekeliling untuk mencari ranting panjang guna menolong Kania, ketiga temannya serempak berteriak dan lari terbirit-birit.

“Ada Aul! Lari!”

Doni lantas melihat ke bawah jurang dan mendapati sesosok manusia berkepala serigala tengah berjalan mendekati Kania. Anak laki-laki itu segera kabur meninggalkan Kania.

“Woy, jangan tinggalkan aku sendiri!” teriak Kania kesal.

Gadis itu memberanikan diri menoleh ke belakang. Makhluk yang dilihatnya sontak membuat Kania terperanjat hingga jatuh terduduk. Seluruh tubuhnya seketika gemetar dan jantungnya berdetak cepat.

Nenek Kania selalu melarangnya bermain di dekat lereng Gunung Slamet, karena ada manusia berkepala serigala yang disebut Aul sering berkeliaran untuk memangsa kambing warga. Awalnya, Kania tidak percaya dengan dongeng yang sering diceritakan sang nenek. Namun, mendapati Aul hendak memangsanya, sudah terlambat bagi gadis itu untuk percaya.

Peluh memenuhi dahi Kania. Kakinya yang gemetar membuat gadis itu tidak bisa bangkit atau kabur. Dia berteriak dalam hati, berharap seseorang akan datang menolongnya. Namun, bukan pertolongan yang datang. Sesosok makhluk lain yang sama besarnya dengan Aul datang menyerang manusia setengah serigala itu. Makhluk itu memiliki kepala serupa burung elang yang dirawat pakde Kania, tetapi tubuhnya gagah dan berotot seperti manusia.

“Makhluk apa itu? Ayah bilang garuda sama wujudnya dengan elang. Apakah itu garuda seperti dalam wayang? Apa mereka sedang bertengkar, memperebutkanku untuk makan malam?” Kania bertanya-tanya di tengah menonton pertarungan sengit kedua makhluk tersebut.

Makhluk yang menyerang Aul mulai terhimpit karena gigitan dan cakaran bertubi-tubi dari lawannya. Dia pun mengepakkan sayapnya. Sebelum pergi, makhluk tersebut sempat mencengkeram tudung jaket Kania dan membawanya terbang, menjauh dari Aul. Kania terus berteriak minta tolong. Dia bisa saja melepas jaketnya agar lolos dari burung raksasa tersebut. Namun, gadis yang tidak suka ketinggian itu juga takut jatuh.

Tiba-tiba hujan besar turun dan membuat garuda terbang membawa Kania ke sebuah gua. Pakaian yang basah kuyup dan tebalnya kabut menyebabkan Kania menggigil kedinginan hingga tidak sadarkan diri.

“Kania bangun! Kamu tidak apa-apa, Nak?” tanya Ibu memandang Kania cemas.

Kania terbangun dari tidurnya. Dia berada di pondok belakang rumah nenek. Gadis itu menghembuskan napas lega dan memeluk sang ibu erat-erat karena apa yang dialaminya hanya mimpi.

Ibu segara mengajak Kania masuk ke rumah untuk mandi, karena pakaiannya basah oleh tempias hujan. Sementara itu, di pohon jati dekat pondok, bertengger seekor burung elang tengah mengawasi gadis kecil yang pernah membalutkan plester di kakinya.

Indramayu, 13 Juli 2021
Penulis : Nita Yunsa

#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day6
#TemaMitologi

Editor : Rizky Amallia Eshi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami