Joeragan artikel

Api Suci

Api Suci

Oleh: Haryati Hs.

Dahulu kala, bertahtalah dewa penguasa yaitu Sang Hyang Wenang. Suatu hari, Sang Hyang Tunggal, putranya, datang menghadap. Ia menyampaikan keinginan untuk memiliki keturunan yang mempunyai wujud dewa dan manusia kepada ayahandanya. Setelah mendapat restu, Sang Hyang Tunggal turun ke bumi untuk melakukan tapa brata.

Sang Hyang Tunggal berhasil menemukan tempat yang cocok untuk bertapa.  Namun, ada juga seorang kesatria tangguh yang menginginkan tempat tersebut.

“Pergilah!” usir Sang Hyang Tunggal kepada ksatria itu. “Aku terlebih dahulu menemukan tempat ini.”

“Akulah yang pertama datang ke sini,” sahut kesatria yang memperkenalkan dirinya sebagai Prabu Candradimuka.

Karena tidak ada yang mau mengalah, mereka pun bertarung. Kesaktian yang mereka miliki setara, sehingga Sang Hyang Tunggal dan Prabu Candradimuka terpental ke arah yang berlawanan ketika ilmu mereka beradu.
Prabu Candradimuka yang berkeinginan menyamai kesaktian Sang Hyang Wenang, terlempar ke puncak gunung yang bernama Jamurdipa. Ia kemudian memutuskan untuk bertapa di sana. Sedangkan, Sang Hyang Tunggal terlempar ke pantai dan memilih bertapa di atas batu karang yang besar. Keduanya melakukan tapa brata dengan khusyuk untuk mencapai tujuan masing-masing.

Beberapa waktu kemudian, di sebuah kerajaan jin bernama Talang Samudra, putri jin yang bernama Dewi Rekatawati tampak merenung di taman sehingga tidak menyadari kehadiran ayahandanya.

“Apa yang Ananda lamunkan?” tanya Prabu Rekatatama, sang ayah.

Sang putri terkejut dan segera bersimpuh memberi hormat.

“Salam, Ayahanda. Ananda bermimpi semalam, menikah dengan seorang pertapa bernama Sang Hyang Tunggal.” Dewi Rekatawati menjelaskan setelah dipersilakan duduk kembali oleh ayahnya.

Prabu Rekatatama kemudian memutuskan untuk mencari Sang Hyang Tunggal. Ia pergi meninggalkan istananya yang berada di tengah samudra. Ketika berhasil menemukan Sang Hyang Tunggal, Prabu Rekatatama menggunakan kesaktiannya untuk memindahkan calon menantunya ke istana.

Usai bertapa, Sang Hyang Tunggal mendapati dirinya berada di istana bersama seorang raja dan seorang putri yang sangat cantik. Ia pun jatuh cinta kepada sang putri, Dewi Rekatawati. Sang Hyang Tunggal berpikir bahwa itu merupakan jawaban dari Yang Maha Kuasa atas tapa bratanya. Ia pun menikahi putri jin itu. Dari pernikahan mereka, lahirlah keturunan yang berwujud sebutir telur.

Ketika Sang Hyang Tunggal sedang bersedih mengenai keturunannya, datanglah titah dari Sang Hyang Wenang yang meminta keturunan putranya yang baru lahir untuk menyelamatkan kayangan dari hawa panas yang berasal dari puncak gunung Jamurdipa. Sang Hyang Tunggal kemudian melempar keturunannya ke arah puncak gunung tempat Prabu Candradimuka bertapa itu.

Telur tersebut menghantam puncak gunung hingga terpangkas dan membentuk sebuah kawah. Telur tersebut terus melesat ke arah kayangan dan ditangkap oleh Sang Hyang Wenang. Setelah Sang Hyang Tunggal yang mengikuti telur menjelaskan bahwa telur itu adalah putranya, Sang Hyang Wenang menyiram telur dengan air keabadian hingga berubah menjadi tiga orang putra seperti yang diharapkannya.

Setelah itu, Sang Hyang Wenang pergi menemui Prabu Candradimuka di puncak gunung Jamurdipa.

“Permintaanmu tidak bisa dikabulkan, Anakku. Engkau akan kuubah menjadi api suci dan menghuni kawah gunung ini,” sabda Sang Hyang Wenang.

“Hamba menerima titah Paduka, Gusti,” sahut Prabu Candradimuka seraya bersimpuh dengan kedua tangan tertangkup di kepala yang menunduk.

Ia pun menjelma menjadi api suci yang dapat memusnahkan kejahatan, tetapi dapat memberi kekuatan bagi orang berhati suci.

Editor : Rizky Amallia Eshi

#ajangfikminJoeraganArtikel2021
#Day13
#temaasalusulkawahcandradimuka

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami