Pagi itu, semilir angin menggerakkan baliho bertuliskan “Class Meeting SMP 1020”. Euforia untuk tidak belajar selama Class Meeting berlangsung, membuat mereka seperti betah di sekolah. Bagaimanalah tidak betah? sekolah akan mengadakan beberapa perlombaan olahraga yang akan diikuti oleh murid dari kelas 7 hingga kelas 9.
Semua senang, tak terkecuali Dono.
Dono sudah memakai baju olahraga lengkap dengan sepatu futsal. Hari ini dia akan ikut pertandingan futsal. Dono juga sudah siap secara fisik, ia sudah sarapan nasi kuning dengan telur balado buatan mamaknya. Tak lupa minum susu, dan berangkat pagi-pagi dengan bis yang biasa ia naiki.
Sebelum perlombaan dimulai, tepat jam 07.00 pagi semua murid dan guru berkumpul di lapangan basket melakukan senam bersama. Dono sangat bersemangat, ia tidak peduli manakala gerakannya salah dan ditertawakan teman-temannya. Ia juga tidak keberatan saat ditunjuk guru untuk mempraktekan senam di hadapan semua orang.
Dono terkenal kocak dan sangat cuek, hal ini membuat beberapa temannya suka menggodanya. Diantara teman-temannya ada sepasang mata yang selalu menatapnya dengan kesal. Namanya Endro. Endro adalah anak berprestasi di sekolah. Tetapi karena sifatnya yang sombong, angkuh dan tidak seru diajak bercanda, membuat ia tidak memiliki teman. Paling satu dua itu pun juga karena sama karakternya.
Endro mengangkat tangannya meminta agar guru juga menunjuknya untuk naik ke podium dan memimpin senam. Menurutnya Dono sama sekali tidak lucu, memberi contoh senam seadanya, ia merasa jauh lebih baik dan benar.
Guru yang melihat muridnya antusias menyetujui secara spontan dan menyuruh Endro untuk naik ke podium.
Suara riuh dari para murid membuat senam SKJ berjalan lebih seru, apalagi saat guru mengganti dengan lagu senam modern. Kali ini dengan senam Mario Bross. Para murid saling berteriakan dan meminta Dono dan Endro untuk mencontohkan gerakan yang biasanya mereka lihat di Youtube.
Dono merasa kikuk, ia pernah melihat gerakan senamnya, tapi tentu saja tidak hafal semua gerakan. Berbeda dengan Endro, ia dengan lihainya bergerak dan sengaja membuat Dono terpojok dengan ketidakmampuannya.
“Sudah! kalau lo nggak bisa, turun aja!” Endro berteriak di sela-sela gerakan senamnya.
“Eh, lo nggak usah pake urat ngomongnya. Santai aja kale.” Dono menjawab ketus dengan terus bergerak tak beraturan.
Murid-murid protes dengan gerakan Dono yang tak beraturan, susah untuk diikuti.
“Huuuuu, turun lu, Don! Turun!”
Endro yang merasa mendapat angin terkekeh dan tersenyum sinis. Setidaknya ketidakmampuan Dono membuat teman-temannya menyadari bahwa Dono tidak selucu biasanya.
“Elo nggak usah susah payah, biar gue aja yang memimpin senam, elo mending turun sekarang!”
Endro berkata tanpa ragu. Buatnya ini momen pas untuk membuat Dono malu.
“Ooh, paham gue. Elo pengen banget, ya, jadi pusat perhatian, oke, gue turun, ambil nih panggung, gue nggak butuh!”
Dono lalu turun dan mendekati salah satu guru untuk meminta izin tidak ikut senam lagi.
Endro merasa melambung, sorak sorai keseruan senam Mario Bross berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian.
“Yes, teman-teman akan suka padaku,” begitu batin Endro.
Dono merasa sangat lega, ketika ia bisa sampai ke toilet tepat waktu, tak mengapa pusat perhatian beralih ke Endro si sok itu, ia memilih untuk bersaing secara sehat.
“Lihat saja akan kubalas nanti di pertandingan futsal.” batin Dono sambil berpikir apa yang membuatnya mules pagi ini.
**
#ajangfikminjoeraganartikel2021
#Day3
#persaingan
Editor: Ruvianty
Ah Dono…kamu pasti menang pas stand up comedy?