Joeragan artikel

Andai Aku Jadi Dewasa

Andai Aku Jadi Dewasa

Oleh Dinar Embun Sari

Suatu hari, aku diajak mama untuk belanja kebutuhan sehari-hari di sebuah pusat perbelanjaan. Saat melewati koridor mainan anak, aku melihat mainan kesukaanku.

“Mama, pengin mainan itu,” rengekku.
“ Jangan, Sayang! Mainan kamu sudah banyak,” larang mama.
“ Ih, Mama! Aku belum punya yang itu. Nanti kehabisan, ”pintaku lagi.
“Nanti, ya. Mama enggak bawa uang lebih. Sabar, ya,” ucap mama mencoba menenangkanku.
“ Ayo, kita pulang! Belanjanya sudah beres,” ajak mama.

Dengan wajah cemberut, aku pun pulang mengikuti mama dari belakang.

“Seandainya aku ini orang dewasa, pasti punya uang untuk membeli apa saja yang kuinginkan,” gumamku sambil merebahkan badan di kasur.

Saat mataku mulai terpejam, tiba-tiba muncul cahaya aneh yang terpancar dari dalam lemari. Ketika memberanikan diri untuk membukanya, ternyata ada sebuah lubang yang bersinar. Karena penasaran, aku memegang lubang itu dan tersedot ke dalamnya.
“Mama, tolong aku!”

Namun, mama tidak mendengar teriakanku karena sedang sibuk memasak sambil mendengarkan radio kesayangannya.

Tiba-tiba aku kembali berada di kamar.
“Untunglah. Mungkin itu hanya mimpi,” kataku.

Saat bercermin, aku terkejut karena perubahan tubuh yang menjadi dewasa. Tubuhku begitu tinggi, rambut yang rapi, dan kumis tipis.
“Ternyata aku sudah berubah,”gumamku.

“Dzul, turun, Nak! Waktunya makan malam,” ajak mama.

Aku pun turun untuk makan. Mama terlihat tidak terkejut dengan perubahanku. Malah memberi semangat karena besok adalah hari pertama aku bekerja.

“Bekerja dimana Ma?” tanyaku.
“Masa lupa? Kamu kan, diterima jadi manajer di Cafe Co,” jawabnya.
“Jadi manajer? Wah, sudah bekerja rupanya,” gumamku.

Keesokkan pagi, aku bersemangat untuk pergi bekerja. Hari demi hari aku lalui dengan segudang tanggung jawab menjadi seorang manajer. Banyak sekali masalah yang harus dihadapi. Hal itu seringkali membuat kepalaku pusing.

Ternyata menjadi orang dewasa itu tidak mudah. Meski punya banyak uang untuk membeli apa pun yang diinginkan, tetapi lebih menyenangkan menjadi seorang anak yang mempunyai banyak waktu untuk bermain. Tanpa perlu memikirkan solusi untuk memecahkan masalah yang rumit.

“Aku ingin kembali ke masa kecil,” harapku sambil melihat salah satu bintang berekor yang melintasi langit malam itu.

Seketika lubang di lemari itu muncul lagi dan memancarkan cahayanya. Aku segera memegang lubang dan tersedot kembali ke dalamnya. Begitu tiba di kamar kembali, aku segera berlari melihat ke cermin. Syukurlah, tubuhku menjadi anak kecil lagi.

Aku pun bergegas turun ke bawah karena ingin segera memeluk mama.

“Kamu kenapa? Kok, tiba- tiba memeluk Mama?” tanya mama heran.

“Enggak apa-apa, Ma. Cuma mau bilang kalau Dzul sayang Mama,” ucapku bersemangat.

 

Editor: Rizki Amalia Eshi

#ajangfikminjoeraganartikel2021

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami