Joeragan artikel

Anakku Bidadariku (mysticart design_pixabay.com)

Anakku Bidadariku

“Alhamdulillah…”,ucapku saat kulihat tanda dua garis merah di test pack.Setelah menunggu beberapa tahun akhirnya Allah menjawab doa-doaku. Tidak sabar rasanya memberitahukan ini kepada suamiku.

“Assalamua’laikum…Mi Abi pulang”, kata suamiku.

“Wa’alaikumsalam eh…Abi udah pulang gimana kerjanya hari ini lancar Bi?”, kataku.

“Alhamdulillah lancar” , kata suamiku.
Ada kejutan buat Abi tapi ntar yah udah Abi makan.

Ketika suamiku sudah menghabiskan makanannya aku pun menyodorkan hasil test pack yang aku gunakan tadi pagi.

“Apa ini Mi ?” ,kata suamiku.

” Lihat saja ,Bi ,garis nya ada berapa?” godaku bersemangat.

“Alhamdulillah bener ini Mi? ,” sahutnya dengan mata berbinar.

” Iya Bi bener Alhamdulillah ” kata ku.

Walaupun suamiku bukan tipe yang romantis tapi dia pribadi yang hangat juga bertanggung jawab.

Setelah menunggu delapan bulan dua minggu akhirnya buah hati kami lahir. Aku berjuang melahirkan secara normal selama satu jam dibantu Bu Bidan.

“Oa..oa..”,suara tangisan bayiku.

“Selamat bu ,anaknya laki-laki”, sahut Ibu Bidan dengan wajah berseri-seri.

Alhamdulillah selama kehamilan serta menjelang persalinan suamiku termasuk suami siaga. Dia tidak meninggalkanku saat berjuang melahirkan. Dia pun siap mengadzani ketika anak kami lahir.

Ternyata kebahagiaanku tidak berlangsung lama. Ibu Bidan yang membantuku melahirkan berkata kalau anak kami tidak akan tumbuh normal karena dia terlahir prematur.

Ternyata apa yang dikatakan Ibu bidan benar. Anak kami sering demam sehingga kami memeriksakannya ke dokter spesialis anak. Dan hasilnya anakku menderita anemia dan infeksi saluran kemih. Sehingga kantong pelirnya membesar dan harus segera dikhitan .

Tanpa pikir panjang lagi kami memutuskan untuk mengkhitan anak kami pada usia dua bulan. Dan alhamdulillah infeksinya sembuh dan kantung pelirnya mengecil. Tapi pasca dikhitan anakku jadi sering buang air kecil tidak secara normal.

Karena sering mengonsumsi obat-obatan anak kami jadi menderita kelainan hati sehingga tubuhnya menjadi berwarna kekuningan

“Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini ” kataku.
“Sabar yah Mi!” kata suamiku berusaha menguatkan.

Setelah berjuang hampir empat setengah tahun anak kami pulang dipanggil ke haribaanNya.

Aku tak kuasa menahan air mata saat melepas anak kami pergi.Namun aku dan suamiku telah ikhlas menerimanya.Anakku sudah terlepas dari rasa sakitnya.

Mudah-mudahan anak kami menjadi penolong dan bidadari kami di janahNya kelak.

 

#ajangfikminjoeraganartikel2021

#Day1

#bebas

Editor: Ruvianty

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami