Joeragan artikel

Filosofi Panjat Pinang [Carla Octama/orami.co.id]

5 Filosofi Perjuangan dalam Lomba Panjat Pinang, Dahsyat!

Halo, Smart Ladies!

Setiap negara memiliki cara unik dalam merayakan hari ulang tahun kemerdekaannya, begitu pun di Indonesia.

Sejak memasuki bulan Agustus, vibe perayaan di tiap kampung sudah terasa kemeriahannya. Panitia HUT RI yang biasanya terdiri dari para pemuda sudah sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk acara perlombaan. Sebut saja lomba balap makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan paku ke dalam botol, membuat tumpeng untuk ibu-ibu, panjat pinang, dan lain-lain.

Panjat pinang adalah salah satu lomba yang diadakan sejak zaman Belanda. Sebenarnya, ada kisah pilu di balik lomba ini. Penjajah Belanda menjadikan lomba ini sebagai hiburan ketika melihat rakyat Indonesia susah payah berebut menaiki pohon pinang yang di atasnya sudah tergantung sembako yang mahal dan sulit didapat.

Ladies, apa pun cerita di balik panjat pinang, apabila diteliti lebih dalam, terdapat 5 filosofi perjuangan yang dapat Ladies ambil. Berikut uraiannya.

1. Menyamakan Tujuan

Panjat pinang merupakan lomba berkelompok. Setiap peserta dalam kelompok ini harus mempunyai tujuan yang sama, yaitu meraih hadiah yang bergelantungan di tiang.

Panjat pinang merupakan lomba berkelompok. Coba Ladies bayangkan, apabila salah seorang berbeda tujuan. kelompok itu bisa saja menang, tetapi mungkin akan memakan waktu yang lama karena salah satunya tidak bersungguh-sungguh.

Menyatukan tujuan ini persis seperti apa yang dilakukan pemuda-pemuda pendahulu di Kongres Pemuda II pada tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Para pemuda mengikrarkan diri membuat satu tujuan, melepaskan segala atribut kedaerahan demi sebuah perjuangan, yaitu Indonesia merdeka.

2. Perjuangan Memerlukan Strategi

Setelah menyatukan tujuan bersama, para peserta harus membuat strategi agar hadiah segera didapatkan dengan efisien. Caranya dengan menempatkan orang terkuat di bagian paling bawah, dan orang paling ringan, lincah, dan tidak takut ketinggian berada di atas.

Dalam perjuangan merebut kemerdekaan, para pejuang juga membuat strategi. Siapa yang tidak kenal strategi gerilya yang dilakukan oleh pasukan Jenderal Sudirman? Itu adalah strategi perang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, berpindah tempat, dan sangat cepat hingga membuat penjajah Belanda kewalahan.

3. Menghilangkan Rintangan

Ladies, tiang panjat pinang tidaklah mudah dipanjat karena permukaannya licin, dilumasi minyak dan oli. Perlu beberapa kali panjat hingga tiang itu tidak licin lagi dan bisa dinaiki.

Dalam sebuah perjuangan kemerdekaan, rintangan itu selalu ada bak pelumas di permukaan tiang. Terkadang, pengkhianatan sekecil apa pun terjadi dan tentunya harus dibasmi sampai akarnya.

4. Bersikap Adil dan Ikhlas

Setelah salah satu peserta mencapai puncak dan mengambil hadiah, hadiah tersebut harus dibagi adil sesuai dengan porsi tugasnya. Setiap peserta harus ikhlas menerima kesepakatan bersama.

Di antara para pejuang, ada yang namanya tercatat sebagai pejuang dalam sejarah dan ada yang tidak. Tercatat atau tidak, seorang pejuang haruslah ikhlas karena pahala di sisi Allah lebih besar.

5. Tidak Melupakan Jasa Pendahulu

Masing-masing peserta mempunyai kontribusi yang besar untuk memenangkan hadiah, bukan hanya ia yang mencapai puncak. Oleh karena itu, ia tidak boleh merasa sombong dan melupakan yang sudah membantunya.

Warga negara Indonesia saat ini hendaknya tidak melupakan jasa para pejuang. Tanpa jasa mereka, tentunya tidak akan ada kehidupan merdeka seperti saat ini.

Oke, Ladies, demikian 5 filosofi perjuangan yang bisa diambil dari lomba panjat pinang. Dahsyat, kan?

Editor: Haryati Husni

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami