Joeragan artikel

4 Fakta Profil Perempuan Indonesia: Saatnya Kita Andil dalam Gerakan Pemberdayaan

Hai, Smart Ladies.

Beberapa bulan lalu, penggunaan tagar #womensupportingwomen marak di berbagai media sosial. Bersama tagar ini, para perempuan mengunggah fotonya dengan warna hitam putih. Kemudian, mereka akan menunjuk dan mengajak teman perempuan lain untuk ikut dalam gerakan ini. Gerakan ini terus bergulir dan menjadi ajang bagi para perempuan untuk mensyukuri, merasa bangga, serta mendukung perempuan lain. Akan tetapi, lebih dari sekadar mengunggah foto monokrom, adakah kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mendukung sesama perempuan?

Berdasarkan data dari Profil Perempuan Indonesia Tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bulan Desember 2019, berikut kondisi perempuan Indonesia dilihat dalam 4 aspek.

1. Pendidikan

Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Apabila tingkat pendidikan, bahkan tingkat melek huruf seorang ibu atau calon ibu rendah, bagaimana dengan anak-anaknya kelak? Berdasarkan data dari Profil Perempuan Indonesia 2019 kerja sama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Balai Pusat Statistik, angka melek huruf laki-laki berusia di atas 15 tahun lebih tinggi (97,33%) dibanding perempuan (93,99%). Rata-rata lamanya sekolah perempuan 15 tahun atau lebih hanya 8,26 tahun. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa perempuan berumur lima belas tahun atau lebih rata-rata hanya bersekolah hingga kelas 2 SMP atau kelas 7.

2. Kesehatan dan Kontrasepsi

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih dipakai sebagai indikator kesehatan sebuah negara. Angka kematian ibu yang dimaksud adalah jumlah kematian ibu saat hamil hingga 42 hari setelah bersalin yang disebabkan oleh kehamilan atau persalinan, bukan karena sebab lain. Di Indonesia, pada tahun 2019, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai angka 93,58%, sedangkan yang menggunakan fasilitas kesehatan hanya sebanyak 82,67%. Hal ini cukup beralasan mengingat hanya 64,47% perempuan Indonesia yang memiliki Jaminan Kesehatan.

Demikian pula dengan angka aksesibilitas kontrasepsi. Hanya terdapat 58,73% perempuan menikah pada rentang usia 15-49 tahun di Indonesia yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, padahal alat kontrasepsi mempunyai peran yang cukup penting terhadap kesehatan reproduksi kaum ibu secara umum. Untuk meningkatkan kondisi kesehatan secara umum, kita dapat mulai menyampaikan info-info kesehatan yang benar kepada lingkungan terdekat .

3. Peran Perempuan dalam Dunia Kerja dan Upah

Ketimpangan gender menjadi salah satu penyebab belum seimbangnya kesempatan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dan upah antara laki-laki dan perempuan. Namun, ketimpangan ini makin hari makin menipis jaraknya. Terdapat 22,57% perempuan usia 15 tahun atau lebih yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga, artinya kelompok tersebut merupakan pencari nafkah utama dalam keluarganya.

Dari 17 lapangan kerja utama, mayoritas perempuan hanya bekerja pada tiga lapangan pekerjaan utama dan angkanya mencapai 26,62%. Dari hasil Susenas tahun 2018, 6 dari 10 pekerja perempuan berusia 15 tahun atau lebih bekerja di sektor informal. Berdasarkan data dari Susenas, 2018, yang telah diolah oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, rerata upah gaji bersih per bulan yang diterima laki-laki masih lebih tinggi daripada perempuan. Karyawan laki-laki menerima Rp3.006.000,00 per bulan, sedangkan karyawan perempuan hanya menerima Rp2.390.000,00 per bulan.

4. Akses Terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi dan informasi telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Kesempatan untuk mendapatkan informasi yang baik dan benar tampaknya telah berimbang antara laki-laki dan perempuan. Akses internet makin bebas, terbukti dengan data yang menunjukkan bahwa 37,49% perempuan usia 5 tahun atau lebih yang dapat mengakses internet dan 57,19% perempuan dari kelompok umur yang sama telah memiliki telepon seluler.

Dengan kata lain, 7 dari 12 perempuan Indonesia mempunyai telepon seluler. Rerata biaya pengeluaran internet rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan adalah sebesar Rp13.767,00. Secara nasional, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran biaya internet per kapita sebulan rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan lebih besar daripada laki-laki.

Fakta tersebut cukup mengusik kita sebagai kaum perempuan untuk ikut bergerak dalam mendukung sesama perempuan, bukan? Banyak kegiatan dan komunitas yang mewadahi hal ini, salah satunya adalah Joeragan Artikel yang bisa menjadi jejaring untuk menebar kebaikan. Ladies, yuk, lebih aktif lagi untuk saling mendukung sesama perempuan!

….

 

Sumber data: Profil Perempuan Indonesia 2019, kerja sama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Balai Pusat Statistik

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× Hubungi Kami