Hai, Smart Ladies! pada era 4.0 saat ini, tidak dapat kita mungkiri jika perkembangan teknologi yang ada juga mempengaruhi karakter seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pesatnya perkembangan dunia digital, fesyen, kuliner, transportasi dan lainnya bisa membawa pengaruh buruk terhadap karakter manusia. Lambat laun, adat ketimuran mulai terkikis dan berkiblat pada adat kebarat-baratan.
Dapat kita lihat perbedaan dari generasi ke generasi. Mulai dari generasi baby boomer, generasi X, generasi Y, hingga generasi saat ini. Ada perbedaan dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Para generasi baby boomer, perkembangan teknologi belum pesat seperti saat ini, sehingga mereka memiliki waktu yang banyak dalam mendampingi anak-anak mereka.
Tidak dapat dimungkiri baik orang tua maupun guru mempunyai andil yang sangat pentil terhadap šš²šÆš²šæšµš®šš¶š¹š®š» š£š²š»š±š¶š±š¶šøš®š». Pada momentum Hari Guru Nasional tahun 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Efendi, menyatakan bahwa seorang guru harus bisa memberikan teladan yang baik jika ingin mencapai keberhasilan dalam pendidikan.
Selain itu, membangun pendidikan karakter melalui keteladanan guru juga termasuk penerapan Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan Pendidikan Karakter.
Beberapa hal kecil yang bisa diterapkan seorang guru dalam memberikan š§š²š¹š®š±š®š» šš®š»š“ bš®š¶šø di lingkungan sekolah adalah membiasakan mengucapkan salam saat masuk atau keluar kelas. Membiasakan diri memberi contoh membuang sampah pada tempatnya. Hal ini mungkin dianggap sepele, jika melihat ada sampah yang tercecer mulailah mengambil dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.
Selain guru, orang tua juga memiliki peran penting dalam proses pendidikan seorang anak. šš²šÆš²šæšµš®šš¶š¹š®š» pš²š»š±š¶š±š¶šøš®š» seorang anak bisa dilihat dari bagaimana orang tua memberikan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan yang didapat anak dari rumah biasanya akan selalu teringat dan tertangkap oleh memori otaknya.
Kebiasaan anak di rumah biasanya juga akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan anak ketika berada di luar rumahnya.
Lantas bagaimana orang tua bisa berperan menjadi š§š²š¹š®š±š®š» šš®š»š“ bš®š¶šø bagi anaknya? Di antaranya adalah orang tua harus menyadari tanggung jawab besar dirinya sebagai orang tua. Terkadang dengan banyaknya kegiatan menjadikan orang tua kurang menyadari peran diri sebagai orang tua. Mereka beranggapan jika sudah menitipkan seorang anak pada pengasuh maka urusan sudah selesai, mereka meninggalkan anaknya bekerja. Sebelum anak bangun tidur sudah berangkat bekerja. Terkadang ada pekerjaan yang mengharuskan lembur hingga larut malam dan pulang ketika anak sudah tertidur tanpa melihat orang tuanya datang.
Smart Ladies, berikutnya adalah memberikan perintah pada anak sesuai apa yang kita kerjakan. Contoh kecilnya adalah sebagai umat beragama Islam kita meminta anak melakukan ibadah salat saat sudah terdengar azan, namun sebagai orang tua malah asik menonton televisi atau melihat handpohone maka otomatis anak tidak akan mau melakukan apa yang kita perintahkan.
Hal yang paling rentan ditiru seorang anak di rumah adalah cara sikap kita sebagai orang tua. Bagaimana kita menangani stres, tutur bahasa kita dalam kehidupan sehari-hari, maupun saat mengekspresikan kemarahan dan emosi negatif lainnya di depan seorang anak. Mereka akan dengan mudah meniru apa yang kita lakukan dan menerapkan dalam tindakan sehari-hari mereka.
Smart Ladies, demikian tadi hal-hal yang bisa dilakukan agar orang tua bisa memberikan š§š²š¹š®š±š®š» šš®š»š“ bš®š¶šø agar bisa meningkatkan kš²šÆš²šæšµš®šš¶š¹š®š» pš²š»š±š¶š±š¶šøš®š» seorang anak.
Editor : Dina Ananti
#maratonmenulisartikel
#joeraganartikel